Layak Menderita karena Injil



Layak Menderita karena Injil, Gerakan Warga GKJW, GKJW

2 Timotius 1 : 8-12a

Timotius merupakan murid Paulus yang sangat dikasihinya. Surat Paulus yang ditujukan kepada Timotius bertujuan untuk memberikan semangat dan kekuatan kepada diri Timotius dalam melaksanakan tugas pelayanannya di Efesus. Timotius masih muda dan mengemban tugas yang sangat berat dalam menghadapi para bidat (ajaran filsafat atau campuran ajaran agama yang menyimpang dari Alkitab di saat itu) yang menyusup dan mengancam jemaat. Timotius dengan kesetiaan dan kekuatan yang diberikan oleh Paulus tetap bersemangat dalam memberitakan injil meskipun harus berhadapan dengan para bidat yang selalu mengancam dan mengganggu. Tak dapat dihindarkan, kesetiaan terhadap Injil akan membawa kesulitan bahkan ketakutan. Demikian pula yang dialami oleh Paulus, meskipun dia menderita dalam penjara, dia tetap menempatkan Injil dalam kemuliaannya. Di tengah penderitaan, Injil tetap dimuliakan dan diberitakan untuk mendatangkan damai sejahtera. Mengapa Injil tetap dimuliakan dan diberitakan kepada semua orang, karena di dalam beberapa perikop Perjanjian Baru terkandung keagungan Injil yaitu:

1. Injil adalah injil kekuatan (ayat 8). Injil selalu merupakan kekuatan, kekuatan untuk menaklukan diri, kekuatan untuk mengendalikan keadaan, kekuatan untuk tetap hidup manakala kehidupan tidak lagi mampu memberi hidup, kekuatan untuk menjadi Kristen ketika menjadi Kristen membutuhkan perjuangan yang sungguh berat.
Dalam bagian ayat 8 "Injil adalah kekuatan Allah", ini sejajar dengan Kisah Rasul 1 : 8 yang adalah janji Tuhan Yesus hal penyertaan Roh Kudus yang memberi kekuatan; power (Dalam Alkitab Bhs. Jerman tertulis :" …Ihr werdet die Kraft des Heiligen Geistes Empfangen,…."). Kekuatan (kraft) Allah di sini dipakai kata Yunani "Dunamin" (δυναμιν; bandingkan nama "dynamo"= dua kutub positip- negatip belitan/gulungan kawat tembaga, jika digerakkan rotor terus-menerus mampu membangkitkan energi listrik). Contoh : Bahwa dalam persoalan dunia kehidupan setelah kematian, semua bangsa di dunia selalu mencari "makna" dibalik semua teka- teki kehidupan ini. Banyak simbolisasi, metafora yang dipakai budaya- budaya manusia dalam upaya mengungkap hal tersebut. Karena dunia dibalik kematian tetap suatu misteri yang belum terpecahkan hingga kini. Namun bagi iman kita Rahasia itu telah "DINYATAKAN" dalam PERISTIWA YESUS. Bahwa derita dan penebusannya itu bagi kita mampu memberi "keyakinan"; kekuatan untuk tidak menyerah pada takdir faktis terhadap sakit- penyakit sebagaimana misalnya menghadapi persoalan Covid-19. Namun sekaligus, kita beriman pasti ketika kita meninggal, kita yakin diberi kedamaian, sebab janji keselamatan penebusan Tuhan Yesus itulah yang memberi kedamaian sejati (Yohanes 14 : 1-4). Karena berkat kematiandan kebangkitan-Nya menjadikan upaya kita untuk hidup kudus karena anugerahnya itu. Hal tersebut mampu atau menyanggupkan kita terus hidup dinamis (penuh dinamika), untuk mencintai Allah dan sesama ciptaan-Nya (dinamika; dinamis dalam bahasa Indonesia juga serapan dari bahasa Inggris = "dynamic"; menunjuk suatu kekuatan yang terus- menerus bergerak tanpa henti, atau kepribadian yang bersemangat).

2. Injil adalah Injil keselamatan. Injil menyelamatkan kita dari dosa, Injil membebaskan manusia dari hal-hal yang membelenggu kehidupan manusia, Injil memampukan manusia untuk mematahkan kebiasaan-kebiasaan yang seakan-akan tak terpatahkan, Injil menyelamatkan manusia dari kehidupan yang jahat menuju kepada kehidupan yang mulia dan baik. (bandingkan Galatia 5: 22- 23).

3. Injil adalah anugerah (Kharis; Soli Gratia; hanya karena anugerah). Injil bukanlah hasil usaha manusia, melainkan sesuatu yang kita terima dari Allah semata (Efesus 2: 8). Allah tidak memanggil kita karena kita kudus, tetapi Allah memanggil kita untuk menguduskan dan menyelamatkan kita. Injil adalah pemberian Allah secara cuma-cuma. Allah mengasihi kita bukan karena kita patut mendapat kasihNya, melainkan karena kemurahan hatiNya.

Dengan demikian, Injil penuh dengan paparan mengenai penampakan dan kemuliaan karya Yesus di dunia. Oleh karena itu, Injil tetap diberitakan dalam keadaan dan dimanapun kita berada. Karena itu Rasul Paulus menasihati Timotius, bahwa kalaupun kita akibat daripada membawa berita sukacita (Injil) yang memberi pengharapan manusia baik hidup maupun setelah mati. Dan karenanya kita lantas menderita, itu bukan hukuman dari Allah. Namun kita "dilayakkan" ikut ambil bagian dalam derita salib menuju kemuliaan. Itu adalah derita murid yang dilayakkan juga menjadi Saksi-Nya selama hidup di bumi. Bersukacitalah dalam penderitaan jika itu atas perkenan Tuhan. Karena jerih payah kita tak kan sia- sia (I Korintus 15 : 58).

Dijabarkan dari renungan tulisan Pnt. Iwan Joko Pras
KPTJ. GKJW LAWANG
Pdt. Sistrianto STh.

Title: Layak Menderita karena Injil
Permalink: https://gkjw.org/384-layak-menderita-karena-injil/
Category: Renungan