Belajar dari Lomba Balapan



Belajar dari Lomba Balapan, Gerakan Warga GKJW, UMKM GKJW.org

Akhir minggu ini MotoGP 2022 akan kembali digeber (18–20 Maret 2022). Seri kali ini terasa spesial karena berlangsung di Mandalika, Lombok. Untuk pertama kalinya Indonesia masuk dalam sejarah lomba balap sepeda motor ini. MotoGP 2022 seri kedua ini diberi Pertamina Grand Prix of Indonesia akan berlangsung di street circuit sepanjang 4,3 km.

Dalam tulisan ini, saya tidak membahas soal MotoGP 2022 seri kedua ini. Saya mau bicara tentang kepemimpinan. Untuk itu saya memakai contoh dari para pembalap.

Seorang pembalap motor, sebagaimana halnya profesi lainnya, tidak bekerja sendiri. Ia adalah bagian dari suatu tim di mana terdapat berbagai spesialis yang bekerjasama. Ada racing director, technical manager dan mekanik, di belakang tim itu,masih terdapat para periset, desainer, sponsor dan lain-lain pendukung yang bekerjasama pula dengan erat untuk menyukseskan balapan.

Ketika memacu sepeda motor di lintasan maka pembalap itu sebenarnya menjadi puncak dari kerja bersama. Ia adalah individu yang mempergunakan segenap keterampilan dan intuisi untuk menjalankan sepeda motor. Ia menjadi eksekutor dari sebuah sistem di belakangnya.

Nah, saat memacu kendaraannya, menikung di lintasan atau mendahului pembalap lain, pembalap seperti Marc Marquez, Michele Pirro atau Fabio Quartararo diuji kemampuannya mengambil keputusan. Tentu saja keputusan itu tak boleh ngawur namun berdasarkan keterampilan, pengetahuan dan kalkulasi risiko.

Sebuah kecelakaan dapat dihindari pada detik yang menentukan, split second, dengan keputusan yang tepat dari pembalap itu. Sebuah kemenangan dapat diraih ketika pada detik yang tepat seorang pembalap mengambil keputusan yang benar. Semua keputusan itu diambilnya dengan mempertaruhkan seluruh kerja tim di belakangnya.

Para jawara pembalap dunia memang dihasilkan dari kemampuan mereka berhitung terhadap risiko dan peluang, seraya menyeimbangkan berbagai persoalan di lintasan berdasarkan keterampilan dan pengalaman. Demikian pula seorang pemimpin. Ia harus memutuskan, acapkali dalam keterbatasan waktu –hanya sepersekian detik– dengan segala intuisi dan kemampuan.

Memang, salah satu esensi dari kepemimpinan adalah kemampuan mengambil keputusan yang tepat pada saat yang tepat. Kita sepaham bahwa hidup itu soal pilihan. Ketika menjadi pemimpin maka membuat pilihan, atas nama organisasi atau entitas, akan menjadi kian penting.

Untuk bisa berhasil memimpin, keputusan diambil berdasarkan kalkulasi risiko dan peluang. Tanpa niat untuk ngawur (ngedian) atau asal-jalan saja (waton kelakon). Keputusan sesulit apapun, harus diambil, karena acapkali itulah yang menentukan apa yang terjadi ke depan.

Title: Belajar dari Lomba Balapan
Permalink: https://gkjw.org/990-belajar-dari-lomba-balapan/
Category: Artikel