gkjw.org -Saya menonton The Sound of Music ketika saya kelas 1 SMA, tahun 2000. Saya membeli VCDnya di Disc Tarra, Malang, yang nempel di Gramedia Alun-alun. Kala itu, bisa masuk ke toko itu rasanya keren banget. Sekarang toko itu sudah tutup, bangkrut akhir 2015. Sudah tak ada lagi yang nonton film di VCD hari ini.
2 – Pancasila: Dari Puncak Kejayaan Majapahit Hingga Pidato Bung Karno 1 Juni 1945 2 – Pancasila: Dari Puncak Kejayaan Majapahit Hingga Pidato Bung Karno 1 Juni 1945
3 – Persaudaraan Sejati - H+20 PSBB.Sby 3 – Persaudaraan Sejati - H+20 PSBB.Sby
Yang saya ingat tentang The Sound of Music tentu adalah lagu Do Re Mi, yang beberapa tahun kemudian dijadikan lagu sekolah minggu di mana-mana. Jaman itu saya tidak tahu situasi yang diceritakan di film itu, saya tidak tahu ketegangan yang dialami sang Kapten Austria atas pendudukan NAZI di negaranya. Saya tidak tahu bahwa Edelweiss adalah bunga kebangsaan Austria. Saya hanya tahu lagu-lagu dan suara penyanyinya bagus-bagus. Saya tidak menangkap kegetiran dan kegentingan ketika lagu Edelweiss dinyanyikan terakhir ketika mereka konser di depan hadirin Austria pada malam terakhir mereka.
Lalu saya belajar tentang NAZI, Genosida, dan sejarah perang dunia II. Saya menjadi tahu situasi politik yang mengancam pada tahun-tahun tersebut. Banyak orang-orang Yahudi Eropa melarikan diri ke Amerika untuk mencari selamat. Saya kemudian menjadi tahu makna yang tak terbahasakan dalam lagu Edelweiss, ketika sang Kapten bahkan tak bisa meneruskan menyanyi lagu itu. Saya tahu mengapa para hadirin, kecuali para bawahan Jerman, menyanyikannya dengan penuh semangat sekaligus haru. Dan ketika menonton The Sound of Music lagi, saya tidak bisa tidak menangis pada bagian itu.
Kadang pengetahuan yang saya miliki tentang sesuatu sangat terbatas, namun saya tetap bisa menikmati hal tersebut. Namun dengan semakin bertambahnya pengetahuan, atas hal yang sama, saya bisa memaknai secara sangat berbeda dan saya pun bisa menikmatinya dengan cara yang berbeda pula. Dan semuanya indah. Seperti hidup, sepanjang bisa menikmatinya, tak mengapa tahu sedikit atau banyak, sepanjang saya tak merendahkan diri saya yang lain dengan mengatakan saya menyesal atas saya ketika itu atau ketika ini.
Gide Buono, buka Facebook
