gkjw.org -Pemerintah Hindia Belanda telah melakukan usaha mengatasi pandemi flu Spanyol ini. Virus flu semakin ganas sedang obat dan vaksin belum ada.
Di tengah kegalauan, ikhtiar di seluruh negeri pun muncul. Dengan harapan yang sama, pagebluk ini cepat pergi.
2 – Musqab Gaib, Akhir Pencarian Elmu - H+14 PSBB.Sby 2 – Musqab Gaib, Akhir Pencarian Elmu - H+14 PSBB.Sby
3 – Yesus, Logos dan Tao: Belajar dan Berbagi dari Seorang Guru Taoisme (2) 3 – Yesus, Logos dan Tao: Belajar dan Berbagi dari Seorang Guru Taoisme (2)
Tahun 1919, di sebuah laboratorium kedokteran Batavia. Kabar baik muncul. Mereka mengklaim menemukan tablet penangkal. Komposisinya: 0.250 Aspirin, 0.150 Pulvis doveri, 0.100 Camphora. Produksi massal langsung dilakukan. Hasilnya, tidak ada catatan.
Di Solo, beberapa warga minum degan ijo dengan membakar kemenyan dan uborampe kembang setaman. Sambil menyebut nama Sunan Lepen, meminta imunitas tubuh. Elmu kebal.
Di Rembang dan Blora, ada yang membuka primbon resep "Surat Centhini" (1814) dan "Kawruh Bab Jampi jampi Jawi" (1858). Mereka menemukan ramuan Temulawak dan Jamu Cabe Lempuyang.
Di Kudus dan Medan, ratusan Tionghoa turun kejalan. Dengan Barongsai lengkap dengan bendera dan tetabuhannya, disertai doa doa penolakan bala melakukan prosesi TOAPEKONG.
Dan banyak lagi di negeri ini yang melakukan niat baik seperti ini. Tapi kadang niat baik di tafsirkan sebaliknya. Apalagi ini pagebluk medis, seolah di luar medis salah bahkan sesat.
Pertentangan horizontal diperparah lagi dengan vertikal. Membawa nama Tuhan, klaim benar sana salah.
Ya begitulah hidup di negeri beraneka. Fakta paling jelas waktu itu terjadi di Mojowarno, Jombang. C. W Nortier dalam "The Spaansche Griep te Modjowarno" menulis, beberapa warga membawa kurban kerbau ke makam Kyai Abisai sang pendiri desa. Mohon keselamatan.
Padahal hanya beberapa meter dari makam itu berdiri rumah sakit zending yang lengkap di jamannya. Bukan hanya fasilitas, dokter, bidan, Perawat sampai pendeta di sana ada.
Ya begitulah ikhtiar. Jangan sampai seperti di Kudus waktu itu. Prosesi TOAPEKONG penolak balak menjadi balak. 30 Oktober 1918, prosesi menjadi persekusi. Kerusuhan SARA terjadi di pecinan Kudus. Kadang niat baik di tafsir beda.
H+3 PSBB.sby
Hadiyanto, bit.ly
embeumkm.com
