gkjw.org -PENTAKOSTA Kala itu.
2 – Hempaskan Say... 2 – Hempaskan Say...
3 – Masalah Penyimpangan Orientasi Seksual 3 – Masalah Penyimpangan Orientasi Seksual
Perayaan Hari Pentakosta di Mojowarno 20 Mei 1923 terasa sangat istimewa. Terasa pas, (seperti) Roh Kudus telah turun diatas kepala kepala orang Jawa itu. Secara ekumenis Minggu Pentakosta juga disebut hari kelahiran Gereja. Bukan karena efek kebangkitan nasional saja (saat itu marak). Kebangkitan Yesus adalah yang terutama. Setelah itu, lima puluh hari kemudian Roh Kudus turun. Hari itu Jemaat Mojowarno dinyatakan merdeka. Permintaan untuk mandiri telah disetujui Konferensi Misionaris. Tiga syarat rujukan saat itu, Trias Warneck (mengatur diri sendiri, membiayai sendiri, mengembangkan diri sendiri) terpenuhi.
Cita-cita yang telah lama terpendam. Dimulai sejak tahun 1913, beberapa anak muda ingin mandiri. Lepas dari bayang-bayang Pendeta zending (Belanda). Sayangnya usulannya ditolak. Kemudian, sore hari jam 5 sore pas hari Pentakosta tahun 1918 ditempat yang sama pemuda-pemuda itu mengulangi seruan yang sama. Di bawah pohon beringin yang rindang depan kapanditan Mojowarno. 30 perwakilan Mardi Pratjaja dari Divisi Jawa Timur dan Jawa Tengah menggelar rapat tahunannya. Seruan kemerdekaan pribumi Jawa itu dibahas lagi. Yang lain berkata, "kurangnya pemimpin-pemimpin (pemuda) Kristen dalam tingkat lokal dan regional adalah sumber ketidaksiapan kita." Lalu esok harinya dibahas Mardi Pratjaja menjadi Partai Kristen.
Walau belum mandiri tetapi di tahun 1919 Mojowarno telah menentukan Pendeta Pribumi sendiri, Driyo Mestaka. Konsistori Mojowarno ditata ulang. Beberapa komite dibentuk, terutama dalam hal mempersiapkan kemandirian. Bulan Februari 1923 mereka mengajukan permintaan kemandirian jemaat. 1 Maret Konferensi Zending melakukan penyelidikan permohonan itu.
Perjuangan panjang itu akhirnya berakhir. Tepat di Hari Pentakosta 20 Mei 1923, pengharapan itu terwujud.
Sebuah gapura baru terlihat di depan pintu masuk Gereja. Huruf Jawa emas tertulis di sana : Goenaning (3), panembah (2), troesing (9), toenggal (1). Pembacaan Chandra Sengkala dari belakang sehingga membentuk tahun 1923. Di belakang gapura itu juga tertulis huruf Jawa. "Pangandika Tuwan amandangaken manah".
AJC Krafft, menulis secara rinci peristiwa itu dalam laporannya :
Kebaktian dimulai dengan nyanyian "Himne Ascends Out of Zion's Halls." Kemudian cerita Pantekosta dibacakan. Setelah itu berdoa.
Pendeta J.M.S Baljon adalah pembicara pertama. Dengan suara gemetar karena menahan emosi berkata, “Gereja Kristen dimulai pada hari Pentakosta. Roh Tuhan dicurahkan pada hari Pentakosta.
Dengan Roh itu saudara adalah anak-anak Tuhan. Sekarang setelah kami memperhatikan bahwa Roh Tuhan juga hidup dan bekerja di dalam saudara, kami ingin memberi saudara kebebasan. Biarkanlah diri saudara dibimbing oleh Roh itu, maka Tuhan akan memberi saudara kekuatan untuk melanjutkan di jalan yang telah saudara pilih. Jadilah pembawa cahaya Tuhan! ”
Setelah itu ia melangkah maju lalu mengajukan pertanyaan :
1. Apakah saudara percaya bahwa Yesus Kristus, Sang Kepala Gereja, telah memanggil saudara untuk melayani jemaat Modjowarno di Jawa ?
2. Maukah saudara membuat janji bahwa saudara akan memenuhi tugas saudara, bersama dengan saudara-saudara seiman lainnya, percaya kepada Roh Kudus, yang juga berdiam di dalam hati saudara ?
Pendeta Jawa kami (Driyo Mestaka) menjawab dengan sangat haru. Dalam doa, jemaah bernyanyi kepadanya: "Biarlah Jiwa-Mu membantu dan mendukung dia dan semakin menginspirasi dia."
Maka seluruh pengurus Raad Greja Alit itu harus menjawab pertanyaan-pertanyaan berikut:
1. Apakah Anda percaya bahwa Yesus naik ke surga, dan setelah itu Roh Kudus dicurahkan ke bumi pada hari Pentakosta untuk menggantikan Dia?
2. Apakah Anda percaya bahwa jemaat Kristen-Jawa muncul bukan hanya oleh manusia, tetapi juga oleh karya Roh Kudus, yang dicurahkan ke bumi?
3. Apakah keinginan Anda untuk menjadi lebih jelas pada hari bahwa dalam mengikuti Yesus, kepala gereja, Anda harus dipimpin oleh Roh Kudus?
Tiga puluh pria itu menundukkan kepala dan berdoa kepada Tuhan agar mereka setia dalam pelayanan ini.
Penatua misionaris berbicara kepada mereka. Dalam sambutannya, Mr. Crommelin mengenang pada Paulus Tosari, misionaris Jellesma, J. dan A. Kruyt, dan pada dakwah masa lalunya di tengah-tengah mereka. Sebelum sepuluh tahun, tidak terbayangkan jemaat dapat dinyatakan mandiri secepat itu. Dia bersukacita atas langkah penting ini. Atas nama NZG ia menyatakan Jemaat Mojowarno mandiri dengan masa percobaan 5 tahun. Selama itu akan tetap berhubungan dengan misionaris di Modjowarno. Setelah kebaktian, orang Jawa dan Eropa berjalan ke teras belakang rumah kapanditan yang luas.
cari Google Map
Banyak sambutan menyusul disana. Dokter Djawa kami, Ismael membaca ucapan selamat telegraf dari Belanda. Kiriman ucapan dari pengurus Zending disana. Era baru telah dimulai. Gereja induk telah mendahului. Sidang lain akan segera menyusul mengikuti teladannya.
Beginilah cara kita melihat Kerajaan Allah datang!