Berduri tapi Wangi



Berduri tapi Wangi GKJW

Berduri tapi Wangi

Bacaan: Keluaran 3 :1-6 dan Roma 2 : 12-16.

1. Sepanjang hidup kita manusia di bumi, pada dasarnya selalu diperhadapkan pada “misteri” tentang Tuhan. Suatu kekuatan yang melebihi alam “natur” yang kita kenal. Sehingga sering juga disebut dengan istilah “Supranatural”. Bahwa pengenalan terhadap “Sang Tuhan” itu oleh sebagian orang didapatkan melalui “tanda-tanda alam” yang ada; sehingga muncullah apa yang disebut dengan “Pantheisme”.
Adalagi yang memahami Tuhan melalui “laku hidup bertarak” (Asketisme), juga penghayatan filosofis lainnya sehingga ada paham “agama” yang menekankan perenungan batin yang mendalam sebagaimana munculnya paham yang dinamakan “Kebatinan”, dll. Hal pengenalan secara fenomenologis tersebut oleh Rasul Paulus dalam Roma 2 : 12-16 menyebutnya “Taurat yang ada di batin manusia”. Sekalipun bukanlah keturunan “Romo” atau Bapak Ibrahim (Abraham), manusia di hatinya “ditaruh Taurat” itu.

2. Bahwa sepanjang peradaban manusia Allah berupaya pro-aktif “mencari” dan mencari terus manusia Pendosa agar mau diselamatkan dari kekuatan yang jahat (Iblis), nampak pada kesaksian Alkitab, bahwa Allah selalu mencari Adam dan Hawa yang telah jatuh dari dosa (Kejadian 3: 9). Sekali lagi kisah itu disaksikan juga dalam Kitab Keluaran 3: 1-6 bagaimana pemilihan Allah terhadap sosok Musa yang memang melalui lika-liku kehidupan Musa, Tuhan berkenan membentuk karakter seorang pemimpin sekaliber Musa.
Musa Pemimpin Umat di “jalan Allah” (Religius) sekaligus pemuka politis dalam perjalanan di padang gurun selama 40 tahun; konfederasi suku-suku Israel kuno (PL), menyatu sebagai satu bagian “Nation building” (Bangunan Bangsa) yang solid memasuki tanah Perjanjian di Kanaan. Hal yang saat di era kita-pun adalah hakikat Sang Tuhan Yang Maha Pengasih, penuh belas kasih dan keadilan (Kesetiaan; Bhs. Ibrani “Khesed wa Emeth”).
Hal tersebut dilakukan Tuhan, demi penyelamatan umat se-dunia ini. Terbebas dari belenggu dosa dan kejahatan. Untuk “menuntun” umat yang demikian, melalui Musa, Tuhan memang memberikan HUKUM KEHIDUPAN (Taurat). Yang kelak ternyata lewat ketidak-setiaan Umat (Israel) juga, Taurat “diselewengkan” menjadi hukum-hukum “yang mematikan” (Hipokrit-legalistik). Sehingga Tuhan proaktif lewat “jalan sengsara Yesus”; IA berkenan memberikan pemerdekaan dengan jaminan darah-kematian dan kekudusan-Nya.

3. Barangkali tidak kebetulan, jikalau Allah ketika berkenan menampakkan diri kepada Musa, muncul dalam wujud semak duri yang terbakar, namun tidak menjadi arang (Keluaran 3:2). Agaknya bisa dilukiskan demikian juga hukum-hukum kehidupan pemberian Allah yang dijadikan tuntunan hidup manusia mengarah pada KEMERDEKAAN totalitas hidup manusia (Yohanes 8: 36).
Jika kita renungkan salah-satu bunyi Hukum Taurat Tuhan, seperti “Kuduskanlah hari Sabat”. Secara logis, bagi seorang usahawan yang “mata duitan”, hukum ini tidak masuk akal. Sebab seperti hari minggu yang umumnya dikenal sebagai hari liburan manusia. Banyak orang justru santai; jalan-jalan sambil membelanjakan uang. Sementara orang Kristiani mestinya justru mengutamakan Kebaktian, bukan malah berjualan mencari laba saja. Tentu perintah untuk menutup kios di hari minggu, bisa “menyakitkan” hati, bagaikan duri dalam daging.
Namun, jikalau kita renungkan lebih dalam. Bukankah manusia itu terdiri dari TUBUH-JIWA dan ROH. Artinya, kebahagiaan hidup tak hanya ditemukan pada tersedianya uang saja, sekalipun, siapapun pasti butuh uang sebagai “sarana hidup”.
Hari Minggu di Negeri Eropa semisal (yang penulis tahu) di Jerman. Hari Minggu semua toko, perusahaan apapun tutup. Karena “Sonntag” (Minggu) dalam Bahasa Inggris disebut “Holiday’ dari kata “Holy” artinya Suci. Adapun “day” artinya Hari. Jadi hari minggu adalah hari yang dipakai manusia untuk di-“khususkan” (kudus= Qadoshy) beribadah kepada Tuhan. Bahwa kemudian hari, diartikan HANYA SEBATAS untuk HARI LIBUR yang identik dengan “ongkang-ongkang di rumah” (juga di Eropa). Hal itu menjadikan “HOLIDAY” mengalami “degradasi” (penurunan) arti kata yang sesungguhnya (asalnya)!

4. Di masa Pandemi Covid-19, banyak orang mengalami depresi. Bisa jadi karena selama ini memang motivasi hidupnya hanya demi uang. Atau bisa juga “memuja kenikmatan demi kenikmatan” (hedonis). “Tradisi bertarak” (puasa) menahan diri dari keinginan yang menyesatkan menjadi hal yang sulit (langka) di masa sekarang ini. Maka ketika ada wabah Corona seperti sekarang. Terlalu sulit untuk “mengendalikan diri”, termasuk upaya ikut memelihara kesehatan sahabat, sesama, tetangga dan semesta. Jangankan orang lain. Hidupnya sendiri “dicuekin”. Sehingga orang bisa ditulari “virus negatip ini” dengan prinsip: ”Mati yo karepmu, urip yo karepmu!”.
Sementara Tuhan Yesus datang ke dunia ini justru mengajari kita untuk BAGAIMANA KITA BISA HIDUP, KARENA SESAMA KITA JUGA INGIN HIDUP BAHAGIA!. Nah, untuk menuju hidup yang mengenal Tuhan sedemikian rupa di Kitab Perjanjian Lama disaksikan bahwa kita membutuhkan Sabda Tuhan sebagai suluh (terang) penuntun hidup kita (Mazmur 119: 105 dan 112). Sabda Tuhan terkadang memang menghibur kita. Tapi pada saat tertentu ternyata bisa “menyengat” kita, seperti saat kita mengambil bunga mawar, terkadang tertusuk duri juga.
Karena Sabda Tuhan memang juga bermakna MEMBETULKAN LAKU KITA DARI KELAKUKAN YANG SALAH agar kita memperoleh kehidupan (2 Timotius 3 : 16; Amsal 27: 6; Ayub 5: 17-18), sekalipun saat kita ditegur merasa sakit. Tuhan-pun menganggap kita sebagai anak-anak yang istimewa justru karena dikasihi-Nya. Seperti paku yang lurus misalnya, agar bisa menancap pada Kasih Dia yang Maha Perkasa. Terkadang kita-pun “dipukulnya”, dan itu sakit. Jika anda tidak pernah “dipukul Allah” termasuk melalui pandemik sekarang ini. Jangan-jangan kita anak-anak yang sudah tidak digubris Tuhan. Artinya telah menjadi paku yang bengkok-bengkok. Tiada gunanya selain didaur ulang di dapur peleburan besi. (Ibrani 12: 7-8).

5. Sabda Tuhan agaknya bagaikan bunga mawar berduri. Terkadang menyakitkan, namun tetap membawa sukacita bebauan yang mewangi dalam kehidupan ini. Selamat mentaati Sabda Tuhan, sekalipun terkadang “menyakitkan”!.

KPTJ GKJW LAWANG; Sistrianto.
embeumkm.com

Title: Berduri tapi Wangi
Permalink: https://gkjw.org/654-berduri-tapi-wangi/
Category: Renungan