Perempuan Bermahkota Martabat



gkjw-perempuan-bermahkota-martabat

Lorong ini, berujung pada pinggir kali Brantas.
Semakin menurun, gang sempit berkelok ini kian jelas menuju sumber suara gemercak airnya mengalir deras.

Pada sebuah pintu warna coklat, langkah berhenti. Ketukan pada daun pintu yang sudah terkelupas warnanya, menggiring harap, semoga dia ada di rumah.

Pada ketukan kedua, lalu ketiga, tak terdengar suara dari dalam. Senyap belaka. Semakin menguatkan harap.

Kriieekk… Daun pintu tua itu terdengar seperti menjerit. Meski lirih. Perempuan sepuh muncul dari baliknya. Sebentar dia sibuk menggelung rambutnya yang seluruhnya beruban. Keriput kulit mengukir wajahnya begitu elok.

Menurut data KTP, dia sudah berusia lebih dari 80an tahun. Hidup menjanda. Berjualan kerupuk, rempeyek, atau panganan ringan lainnya.

Sepasang lengan, mengulurkan bingkisan. Perempuan itu menyambutnya. Paket sembako, dia tahu itu. Sorot matanya teduh.

"Maturnuwun ya," ucapnya bersahaja.
Matanya berbinar bahagia. Tangannya yang rapuh menerima bingkisan.
"Apa sing liyane uwis..?"

Maka meluncurlah barisan kalimat menjelaskan. Penjelasan yang tak akan sepadan, ketimbang mahkota martabat yang dikenakannya..

Trianom Suryandharu, buka Facebook

Title: Perempuan Bermahkota Martabat
Permalink: https://gkjw.org/256-perempuan-bermahkota-martabat/
Category: Bineka