gkjw.org -Kehilangan sesuatu yang lebih berharga karena mengejar sesuatu yang remeh. Ibarat memburu ikan kecil (uceng) sehingga kehilangan yang lebih besar (ikan gabus).
2 – Memaknai Liturgi di Tengah Pandemi Sebagai Upaya Memperdalam Mistisisme 2 – Memaknai Liturgi di Tengah Pandemi Sebagai Upaya Memperdalam Mistisisme
3 – Sekilas Ringkasan Riwayat Yeremia 3 – Sekilas Ringkasan Riwayat Yeremia
Alkisah, hal ini juga pernah dialami kerabat Pandawa. Terbilang Sri Kresna, penasehat bijak dari trah Pandawa yang memiliki seorang putra bernama Samba. Putra dari Kresna ini jatuh cinta pada putri Duryudana –kakak tertua Kurawa.
Adapun Duryudana, hendak memilih menantu melalui sebuah sayembara. Putri yang cantik ini adalah aset unggulan keluarga Kurawa, maka pantaslah mendapat suami terbaik di dunia. Istilah modernnya “high investment, high return.”
Sayangnya, Samba tidak mau ikut sayembara, ia ingin cepat kawin, sehingga memutuskan untuk menculik putri Duryudana ini.
Tentu saja penculikan itu diketahui, para Kurawa merasa marah. Para ksatria dan guru tangguh dikerahkan, di antaranya Karna, Bisma, dan Durna. Tanpa kesulitan mereka berhasil menangkap Samba, yang lalu dipenjarakan.
Pemenjaraan Samba ini menimbulkan masalah politik. Kresna yang berasal dari Trah Yadawa meminta tolong kerabatnya membebaskan Samba dari sekapan Kurawa.
Oleh karena Trah Yadawa dan Kurawa masih berkerabat, maka diutuslah Baladewa –salah satu pemimpin Yadawa– untuk menyelesaikan masalah. Baladewa memilih jalan damai, semacam penundaan kewajiban, yang merupakan pendekatan secara kekeluargaan. Ia pun pergi ke Hastinapura –pusat pemerintahan para Kurawa.
Sayangnya, sesampainya di Hastinapura, proposal dari Baladewa agar Samba dibebaskan ditolak mentah-mentah oleh Kurawa. “Kami sudah bikin tim investigasi sendiri!” seru Kurawa. "Samba bersalah, kita akan proses sesuai tata Kurawa."
Bahkan, mereka berkata para Yadawa berasal dari golongan yang lebih rendah, dan tidak pantas memerintah para Kurawa, bagaikan pelayan memerintah majikannya.
Hal itu membuat Baladewa marah. Ia mengeluarkan sebuah senjata bajak yang selalu dibawanya, pemberian Batara Guru. Ia mengungkit pondasi Kota Hastinapura untuk melemparkannya ke Sungai Gangga.
Begitu ibukota diungkit pakai bajak tadi, sadarlah Kurawa kotanya akan ditenggelamkan, mereka pun segera meminta maaf kepada Baladewa.
Baladewa meletakkan kota Hastinapura di posisinya semula, namun agak miring. Akhirnya Samba dibebaskan dan pernikahannya direstui. Sebagai penyelesaian perkara, Duryudana juga memberikan 60.000 gajah, 1.200 kuda, 60.000 kereta, dan 1000 pelayan wanita, demikian Kitab Mahabarata mencatat.
Ibarat pepatah Jawa, Kurawa mengalami “mburu uceng kelangan deleg.” Maksud hati mendapat high investment dari kecantikan anak putri Duryudana, malah harus membayar upaya perdamaian yang mahal. Demikian, nafsu manusia bisa menyesatkan.
Malang, 05/05/2021
#katresnangkjw
Keterangan foto: Baladewa (kanan) dan Sri Kresna (kiri)