Kekuasaan diberikan untuk menjadikan utuh kembali



Kekuasaan diberikan untuk menjadikan utuh kembali, Gerakan Warga GKJW, GKJW.org

Bacaan: II Korintus 13 : 11-13 dan Matius 28: 16-20.

"Lalu Allah memberkati hari ke tujuh itu dan menguduskannya, karena pada hari itulah IA berhenti dari segala penciptaan yang telah dibuat-Nya" (Kejadian 2: 3)

1. Dalam dunia politik pemerintahan suatu negara, yang namanya kekuasaan selalu menjadi topik hangat tiap saat. Karena siapa yang diberi mandat di sebuah negeri, ikut menentukan kebijakan ke mana arah negeri itu dituju. Di Indonesia misalnya menganut sistem demokrasi. Artinya bentuk pemerintahan dimana semua warga negaranya memiliki hak setara dalam pengambilan keputusan yang dapat mengubah hidup mereka. Bahwa partisipasi rakyat ini bisa saja teknisnya langsung, namun bisa juga perwakilan. Dari kata Yunani "δημοκρατια" (demokratia) maksudnya "kekuasaan rakyat". Jadi dilaksanakan dari, oleh dan untuk rakyat. Adapun sistemnya menganut paham "Trias Politika" yakni Ada bagian pembuat Undang-undang (Legislatif); Ada bagian Pelaksana dari kekuasaan dlm pengambilan kebijakan (Eksekutif) serta Bagian penegak hukum; berkeadilan (Yudikatif). Semuanya berdasarkan konstitusi (Undang-Undang) yang mendasar yaitu UUD tahun 1945. Jika ada negara yang dipimpin oleh seorang diktator, maka di negeri itu (Bhs. Jawa) "abang- ijo"-nya, alias apapun yang menentukan di negeri itu adalah satu orang ya sang dictator tersebut. Untunglah negeri kita tidak demikian. Sehingga semua hak dan kewajiban sama bagi semua warga negara Indonesia.

2. Hal menarik direnungkan bahwa Alkitab kita menyaksikan bahwa dalam Kitab Kejadian pasal 1 & 2 bahwa segala yang (baik) yang ada di dunia ini awalnya adalah dari Tuhan Allah yang menciptakannya. Jadi secara iman, terlepas dari teori apapun dari para ilmuwan kita yang ‘canggih’, menurut "Bahasa penciptaan" jaman dahulu, HANYALAH ALLAH yang berkuasa. Namun ketika menciptakan manusia ternyata Tuhan menjadikan manusia bukan robot yang bisa disetir otomat. Karena manusia diberi kebebasan untuk mengasihi Allah. Walaupun kemungkinan "menyangkali"-nya juga ada. Berarti salah satu hakikat Tuhan Sang Pencipta juga "demokratis" juga. Ketika manusia jatuh ke dalam dosa, Tuhan tetap pro-aktif mencari, berupaya mengambalikan dalam keutuhan kasih-Nya. Sekalipun kenyataannya, manusia akhirnya lebih banyak “mendengar” apa yang digodakan iblis yang jahat, daripada menuruti apa yang menjadi kehendak Tuhan Allah.

3. Salah satu godaan manusia yang jahat adalah "menyalah-gunakan" kekuasaan yang dipercayakan Tuhan kepada manusia. Dalam Kitab Kejadian 2: 15, manusia diberi mandat, BUKAN HANYA MENGOLAH bumi atau ciptaan Allah yang lain saja yang dipercayakan Allah pada manusia. Tapi juga "how to maintain" (= bagaimana memeliharanya) ciptaan itu. Menjadikan segalanya utuh (sempurna) sebagaimana sejak awal Tuhan memang mencipta alam- semesta ini tiada cacatnya. Karena dalam Kejadian 2 : 3 "Selain menguduskan ciptaan-Nya, Tuhan pun memberkatinya", Jadi pastilah sempurna. Nah, dalam bacaan Kitab atau Surat 2 Korintus 13: 11- 13 jelas dikatakan bahwa Roh Kudus diberikan kepada Warga jemaat di Korintus, agar mereka menjadi "utuh" (sempurna) sebagai Titah Tuhan yang kudus. Jikalau di gereja Korintus diberikan ada pelbagai Karunia (Bhs. Yunani = Kharismata) ada yang berprofesi Guru, ada yang berkarunia "menyembuhkan", ada yang bebahasa roh. Karunia- karunia itu sebetulnya anugerah "Power” atau kuasa (Kisah Para Rasul 1: 8; Dunamis= dinamis) untuk membangun jemaat. Maksudnya agar di gereja Tuhan dimampukan berkarya dinamis, tak lekang karena panas, tidak berkarat akibat kehujanan. Gereja ditengah arus kehidupan jaman, tetap tegar berdiri dengan gembira terus menyaksikan injil Tuhan-nya. Adapun di gereja Korintus yang disasar oleh surat rasul Paulus itu rupanya ada gejala bahwa karunia- karunia rohani tadi Bukan untuk MENGOLAH DAN MEMELIHARA JEMAAT TUHAN (keutuhan ciptaan-Nya). Tapi orang Korintus tergoda saling menyombongkan ke-Akuannya sendiri dari karunia- karunia yang ada. Akibatnya, jemaat terkotak- kotak; terpecah- pecah. Suka "bertengkar" daripada rukun- sentosa bagi kemuliaan Tuhan. Karena itu, di bagian 2 Korintus 13: 11- 13; Sang Rasul mengingatkan pentingnya "cium kudus"; ayat 12 (artinya di Jemaat ada : Kasih, Pengampunan serta Kesatuan). Bukan saling mendengki satu dengan lainnya!. Bukankah buah -buah Roh kudus itu jelas di Galatia 5: 22 ???

4. Mandat kuasa oleh Tuhan kepada Murid- muridnya juga diungkapkan di Injil Matius 28 : 16-20. Disitu Pekabaran Injil (PI) ada unsur perintah: Menjadikan Murid Yesus (Matheteusate) dan Ajarkan (Didaskontes) kepada semua orang, selain BAPTISLAH. Sayangnya HANYA bagian ayat (Baptiskan) ini yang sering disebut sebagai : "AMANAT AGUNG" di kala jaman Gereja menyatu dengan kepentingan KEKUASAAN EKSPANSIONIS era abad pertengahan, bahkan dulu era Romawi Kuno yg kaisarnya beragama Kristen; baptisan sekedar diidentikkan dengan perluasan daerah kekuasaan politis semata. Sehingga jumlah kuantitas diutamakan (Bhs. Jawa "Bolo"), sehingga amanat AGUNG ini cuman sekedar BAPTISAN cari jiwa baru, supaya "negara Kristen" menjadi kuat (ada degradasi arti Baptisan kudus, yang sekedar dimengerti sebatas acara ritual agamawi saja). Akibatnya jaman sekarang-pun terkadang masih ada nuansa itu. Sehingga PERINTAH SALING MENGASIHI SESAMA MANUSIA (Mat. 22 : 37- 39; bahkan di Markus 16: 15; sasaran Injil bukan hanya manusia. Tapi " to all creation" (Bhs. Inggris; dari Bahasa Yunani "..τη κτισει" = te ktisei) malahan sering dijadikan TIDAK AGUNG. Maksudnya, Keutuhan Ciptaan lainnya, selain persekutuan bahkan persaudaraan manusia sebagai sesama Ciptaan Allah; itu mestinya juga bagian penting dari AMANAT AGUNG. Bukan hanya ritual Baptisan saja ‘YANG AGUNG’, namun justru hakekat kabar sukacita bagi semesta. Itulah maksud Tuhan memberi mandat atau Power, Authority alias kekuasaan tadi. Bukan kekuasan memerintah lantas menindas lainnya, bukan!. Tapi memperlakukan semua Ciptaan Tuhan itu, justru berlandaskan hukum Kasih Kristus; yang telah menang dalam kematian dan kebangkitan-Nya. Dalam hal ini menjadikan semua bangsa seperti GURU YESUS, tak cukup dibaptis, namun di Ajari melakukannya juga (Teladan dalam laku keseharian). Pengalaman penulis saat (Merangkap) jadi guru di SMP YBPK Tambakasri (Sekitar th. 1990-1995) lebih mudah "transfer of knowledge" (Transfer ilmu) daripada memberi teladan "Laku utomo" (Moral; Etika dan Etiket). Apalagi menjadikan “orang lain” menjadi seperti Sang Yesus.

5. Berbicara soal Kekuasaan, sepanjang peradaban manusia, rupanya semangat (nafsu) MENGUASAI YANG LAIN ITU selalu muncul di mana- mana. Bahayanya, jikalau dalam dunia sosial tak ada hukum. Apalagi hukum kasih dari Tuhan, jikalau itu tak ada, pasti masyarakat bisa menjadi kacau (Amsal 29: 18). Karena kecenderungan manusia berdosa suka mencari dalih kambing hitam "yang lain" buat menutupi kejahatannya. Karena itu dulu Thomas Hobbes menyebut manusia jahat itu dengan ungkapan "Homo homini lupus" (Manusia dalah serigala bagi sesamanya). Sehingga hukum diciptakan agar mengatur manusia justru "bebas" menjadi baik. Dia (seseorang) bisa dikatakan orang sebagai manusia merdeka atau bebas, bilamana dia juga sanggup "menghormati kebebasan orang lain". Ketika tahun 1996-an penulis dalam perjalanan naik bis dari Kota Jember ke Banyuwangi, tiba di daerah menjelang naik perbukitan; pegunungan “alang-alang kumitir”, ada papan tulisan bijak yang berbunyi : "Anda boleh bebas, tapi jangan mengganggu kebebasan orang lain juga"! Sementara itu Tuhan Yesus mengajar kita: Kita baru betul-betul merdeka jika Tuhan Yesus telah memerdekakan kita (dari dosa; Yohanes 8 : 36). Marilah kita memakai anugerah mandat kekuasaan, power ataupun otoritas mengabarkan Injil, bukan untuk menguasai yang lain. Melainkan justru memelihara dan membangun "Keutuhan" ciptaan Tuhan. Atas dasar pembaharuan, penebusan dan pendamaian yang telah dilakukan Tuhan Yesus buat semesta. Allah Bapa-Putra dan Roh Kudus memampukan kita untuk melakukan perbuatan yang baik itu !.

Amin.

Dijabarkan Dari Tulisan RK. MA GKJW Oleh Pdt. Gideon H. Buana.
KPTJ GKJW LAWANG
Pdt. Sistrianto

Title: Kekuasaan diberikan untuk menjadikan utuh kembali
Permalink: https://gkjw.org/380-kekuasaan-diberikan-untuk-menjadikan-utuh-kembali/
Category: Renungan