Propaganda Sehat

Mengawali tahun 1918, bulan Januari penyakit flu muncul di Eropa, Spanyol. Lalu orang menyebut Virus Spanyol. Virus baru lewat udara. Cepat, ganas menyebar ke antero dunia.
Virologis Amerika Jeffery Taubenberger menulis, masa ini sejarah pandemi paling ganas dalam sejarah. Dengan menyebut, "The Mother of All Pandemics".

Sejarawan Colin Brown dalam "The Influenza Pandemic of 1918 in Indonesia" menulis 50 orang juta meninggal di seluruh dunia, di Indonesia 1,5 juta. Sejarah pandemi yang kelam.
BGD (Burgerlijke Gezondneit Dienst), Dinas Kesehatan Rakyat Hindia Belanda dalam laporannya tahun 1920 menulis, "Seloeroeh desa di Hindia Olanda hampir tidak ada yang tidak terinfeksi oleh penyakit flu"

Koran Sin Po dan Pewarta Soerabaia, saking bingungnya menyebut, "Penyakit Aneh", "Penyakit Rahasia " atau " Pilek Spanje"
Pewarta Soerabaia menulis,

Flu Spanyol ini menjangkiti 70 polisi di Jawa. Di Ambon, pabrik tutup karena hanya 9 pekerja yang masuk kerja dari 800 total pekerjanya.
Rumah sakit mendadak penuh. Merujuk" Koloniaal Weekblad " satu dokter di Makassar bertanggung jawab atas 800 pasien. Di Pasuruan, jenazah dibaringkan pinggir jalan, akibat penggali kuburnya terjangkiti pula. Benar mencekam.

Dalam kegalauan ini, pemerintah Hindia Belanda melakukan tindakan. 20 Oktober 1920 mengeluarkan undang undang, Staatsblad Van Nederlandsch Indie 1920 no 793 tentang Influenza Ordonnantie. Kepala Dinas Kesehatan diberi kewenangan penuh untuk mengatasi pandemi ini. Aturan ini sampai mengatur keluar masuknya kapal di pelabuhan akibat wabah ini.

Pemerintah Hindia Belanda lewat Balai Pustaka menerbitkan buku buku panduan. "Lelara Influenza" salah satu hasilnya. Buku panduan berbahasa melayu ini dikhususkan untuk para dalang. Mobil propaganda dinas kesehatan lewat corong pengeras suaranya keluar masuk kampung.
Obat atau vaksin belum ditemukan. Pemerintah waktu itu mengandalkan pil kina dan aspirin yang waktu itu sudah teruji mengatasi malaria

Hadiyanto, bit.ly
embeumkm.com