gkjw.org -Propaganda – Menuju Bujono Suci Pembangunan – Bagian 1
2 – Pemikiran Kontemporer GKJW Dan Alternative Earth 2 – Pemikiran Kontemporer GKJW Dan Alternative Earth
3 – Musqab Gaib, Akhir Pencarian Elmu - H+14 PSBB.Sby 3 – Musqab Gaib, Akhir Pencarian Elmu - H+14 PSBB.Sby
Kata propaganda mulai muncul tahun 1622. Ketika PAUS GREGORY XV mendirikan organisasi yang diberi nama : "Congregatio de Propaganda Fide".
Setelah itu perkembangan propaganda tidak sekedar organisasi saja. Pengertiannya berkembang. Suatu teknik atau cara menyampaikan pesan.
Tujuan utama komunikasi untuk menyebarkan tujuan yang diinginkan.
Di buku sejarah kita mencatat Jepang masuk Hindia Belanda 1 Maret 1942. Di luar itu berserakan catatan Jepang telah masuk Indonesia sebelum tanggal itu. Entah itu lewat pedagang Jepang, tenaga kesehatan atau perkunjungan budaya dan agama. Semuanya disiapkan dengan rapi cantik untuk tujuannya, Jepang pemimpin Asia (bahkan dunia). Dan untuk mencapai tujuan itu, propaganda salah satu alatnya.
Setelah masuk Indonesia, propaganda ini semakin jelas menjadi. Semua bidang masuk. Koran, radio, bioskop sampai nyanyian lagu, panggung sandiwara ada.
Isi propaganda yang paling jelas: ANTI BELANDA.
Abdul Hamid, penduduk Jakarta menuturkan :
"Tiap-tiap malam saja mendengerken soeara-soeara dari Tokiyo pake radio… Rakyat Indonesia moesti membantoe NIPPON oentoek melenjapkan pemerintah Blanda dan haling-halangilah orang – orang Blanda jang hendak membikin negeri hangus…
Boaet perang NIPPON tidak oaesah dibantoe, NIPPON tjoekoep banjak dan koeat, hanja rakjat di masing-masing daerah bantoe dijaga barang-barang jangan sampe diroesak orang Blanda "
(inventaries no. 031602).
Saat itu jelas yang paling menderita orang Belanda dan ikutannya. Pun orang – orang Kristen (Katholik) yang dicap sebagai anteknya.
"… Dalam waktu enam bulan sejak kedatangannya, Jepang memenjarakan semua penduduk Belanda. Sebagian besar orang indo dan sejumlah orang Kristen Indonesia yang dicurigai pro Belanda ke dalam kamp-kamp konsentrasi "
(Kahin, Nasionalisme dan Revolusi di Indonesia, hlm 131).
Contoh paling jelas, eksekusi mati di LANGGUR, KEPULAUAN KEI :
Mgr. AERTS beserta tujuh imamnya dan satu suster. Tanpa pembuktian dan pengadilan.
Gereja Katholik mencatat, 74 Imam, 47 bruder 161 suster meninggal di dalam tahanan.
Dan yang pulang (selamat) menjadi stres kalau tidak mau disebut gila.
Oleh: Hadiyanto
embeumkm.com