Related Post
1. Merdeka?Merdeka?
Artikel - Berbicara tentang agama dan kehidupan beragama di Indonesia memang tak akan pernah ada habisnya. Sudah saatnya ketika berbicara tentang agama, kita memakai kacamata yang berbeda dari yang selama ini kita pakai, dengan kata lain, melihatnya haruslah dari berbagai sudut pandang. “The Meaning and The End of Religion” karya
2. Menuju Bujono Suci Pembangunan – Bagian 2Menuju Bujono Suci Pembangunan – Bagian 2
Artikel - Menuju Bujono Suci Pembangunan - Bagian 2 Salinan surat Driyo Mestoko yang saat itu ketua MA. Sebelum ditawan Kempetai Jepang. ----------------------------------------- Malang, 12 Desember 1941 Serat moegi katoer para saderek PANDITA, RAAD PASAMOEWAN, saha penglados sanesipoen ing Gredja Kristen Djawi Wetan. Pamoedji rahardja ! Sampoen tetela sapoenika kita para patoenggilanipoen Goesti ing tanah Djawi sami katoet katempoeh
3. Refleksi Rumahan #24: Cara PandangRefleksi Rumahan #24: Cara Pandang
Renungan - Refleksi Rumahan #24: Cara Pandang Masing-masing orang punya cara pandang yang unik dan khas berdasar pada proses panjang pembiasaan dan pembelajaran diri sepanjang hidupnya. Bukan realitas yang akan menguji kesahihan sebuah cara pandang, tapi pengakuan baik yang bersifat personal maupun komunal. Cara pandang tiap orang mengalami perubahan sepanjang dia hidup
4. Allah tidak pernah ingkar janjiAllah tidak pernah ingkar janji
Renungan - Bacaan: Kejadian 21 : 1- 7 Bapak, ibu, dan anak-anak yang dikasihi Tuhan Yesus, Menanti adalah sesuatu yang membosankan, itulah salah satu ungkapan Bahasa Indonesia yang sering kita dengar dalam kehidupan sehari-hari. Oleh karena dirasa membosankan, maka yang sering terjadi adalah seseorang yang menanti tersebut kemudian tidak sabar, muncul berbagai
5. Kampanye Sehat – H+23 PSBB.SbyKampanye Sehat – H+23 PSBB.Sby
Artikel - Waktu itu Achmad Yurianto, jubir pemerintah yang setiap hari kita lihat di TV belum lahir. Apalagi Mark Zuckerberg, pembuat Facebook ini. Sehingga informasi pandemi flu Spanyol waktu itu sangat minim sekali. Orang Jawa hanya bisa berkata, "isuk loro, bengi mati". Padahal flu Spanyol ini menyebar cepat di seluruh Hindia