gkjw.org -Saat itu, pandemi Flu Spanyol di Hindia Belanda.
Semua negara termasuk Hindia Belanda di buat kalang kabut. Klinik kesehatan rumah sakit penuh sesak orang berobat yang obatnya belum ada. Dinas kesehatan rakyat Hindia Belanda hanya mengandalkan kina dan aspirin. Pil yang sudah teruji masa pandemi malaria tapi untuk flu ini belum.
2 – Lukisan Tangan Berdoa 2 – Lukisan Tangan Berdoa
3 – Masalah Penyimpangan Orientasi Seksual 3 – Masalah Penyimpangan Orientasi Seksual
Catatan KOLONIAL WEEKBLAD (1919), Seorang dokter saat itu menangani lebih 800 pasien.
Karena banyaknya korban, pemerintah Hindia BELANDA sampai mengirim mahasiswa STOVIA ke pelosok Nusantara.
Saking frustrasinya dalam rapat regional di Rembang. Dr. Deggeler sampai menyampaikan, bahwa tidak ada obat untuk penyakit ini, hanya amal baik seseorang sajalah.
Adalah dokter Abdul Rivai yang bersuara lantang. Mempertanyakan kematian 900.000 jiwa di Pulau Jawa hanya dalam rentang empat bulan (Agustus – November 1918). Ini keadaan yang tidak wajar.
Dalam sidang Volksraad (dewan rakyat), "Orang orang meninggal seperti tikus (nog sterft als ratten)", teriaknya.
Rivai menyarankan pemerintah Hindia Belanda belajar dari Ceylon (Srilanggka) dan Straits Settlement (Penang, Malaka dan Singapura) yang sigap menanggani pandemi ini.
Akhirnya Oktober 1920, di sah kan Influenza Ordonantie setelah melalui perdebatan sengit di parlemen.
Itulah sosok Abdoel Rivai, kelahiran Agam, Sumatera Barat 13 Agustus 1871 yang berotak encer. Umur 15 masuk STOVIA, sekolah dokter di Batavia. 1908 Bumiputra yang bisa studi sampai S3 di Universitas Genk, Belgia. Dokter yang juga jurnalis, mendirikan surat kabar berbahasa melayu pertama di Belanda ketika sedang sekolah spesialisnya. Aktivis pergerakan pemuda pula.
Sosok Bumiputra yang langka. Bervisi jauh kedepan apalagi untuk bumi pertiwinya, Indonesia.
16 Oktober 1937, dokter Abdul Rivai meninggal dunia. Dokter Soetomo menulis,
"Meninggalnya Dr. Abdul Rivai, manusia yang aneh dan luar biasa telah meninggalkan kita. Dr. Rivai harus di hitung di kalangan mereka yang membuka jalan ke Indonesia baru. Ke Indonesia di hari yang akan datang ".
Jangan terserah dok…
Engkau yang merawat bangsa dan membuka jalan ke Indonesia yang baru.
H+25 psbb.sby
Hadiyanto, bit.ly