Berani Percaya serta Siap Dipakai Tuhan



gkjw-berani-percaya-siap-dipakai-tuhan

Bacaan : YOHANES 20 : 19-23 dan I KORINTUS 12 : 3b-13
Tema : "Berani Percaya serta Siap Dipakai Tuhan"

1. Sudah kita pahami bahwa kita meyakini, sejak kita diserahkan dalam pembaptisan baik bayi maupun telah dewasa, kita dikaruniai Roh Kudus. Hal itu dilandaskan pada kesaksian di Alkitab sejak Bangkit pun Tuhan telah "menghembusi" para murid dengan Roh Kudus (Nafas kehidupan; bandingkan Kejadian 2: 7) . Dengan maksud agar hidup mereka menjadi "lebih hidup" (Tentu bukan iklan rokok). Dalam artian "hidup baru" (Bhs. Inggris :’To be born again’), hidup kita normal sekarang diresapi oleh "New Normal" (Normal baru) dari sorgawi. Hal yang juga ditandai oleh pelbagai karunia- karunia (Talenta) untuk "ditanjakke" (diberlakukan) demi pembangunan Gereja Tuhan membawa "misi" ikut menghadirkan Damai sejahtera (Syalom) di bumi ini. Ada yang memiliki kemampuan sebagai Pengajar (Guru). Ada juga talenta ulet berkarya bidang keahlian tertentu, biasanya tipe ini muncul pada warga gereja yang tidak terlalu "pandai berbicara" seperti Harun (era Musa), tapi jikalau diserahi tugas apapun, beres. Begitulah mungkin ‘terjemahan’ dari karunia rohani di gereja, selain yang sering ditonjol-tonjolkan spt: karunia Mujizat kesembuhan fisik. Ada juga yang menonjolkan "karunia berbahasa lidah" (walaupun sekarang sering tidak begitu jelas maknanya, itu yang justru ditampilkan ; I Korintus 14 :7-9). Jaman Rasul Paulus juga ada "karunia berbahasa Roh", ditengah orang Korintus (Bangsa Yunani) yang suka menonjolkan keahlian tertentu (semisal keahlian berpidato), yang akhirnya orang Korintus banyak terjatuh kepada kesombongan rohani. Padahal Rasul Paulus juga Punya karunia itu, tapi Paulus lebih suka mengatakan : "….Namun dalam pertemuan-pertemuan untuk menyembah Tuhan, saya lebih suka mengatakan LIMA PERKATAAN yang dapat dimengerti orang daripada memakai beribu-ribu perkataan dalam Bahasa yang ajaib." (I Korintus 14 :19).

2. Dalam Surat I Korintus memang banyak disinggung KARUNIA ROHANI itu. Terkesan ROH KUDUS dipahami HANYA seolah sebagai Objek (bendawi) yang bisa dimiliki atau didapatkan oleh seseorang saja. Padahal Dalam Surat I Petrus, Roh Kudus itu ya Roh Allah Bapa di Sorga; Yang juga ROH Tuhan Yesus Kristus ( I Petrus 1 : 11- 12). Di sini Roh Kudus adalah PRIBADI (Subyek), bukan obyek. Jikalau Roh Tuhan itu subyek, bisakah kita "mengerem" atau memaksa Roh Kudus kita miliki (atau bahkan "gak boleh dimiliki" orang lain)?. Subyek Kristus bisa menembus "tembok- tembok batas gereja" bahkan lintas batas apapun karena Tuhan itu Roh Allah, tak mungkin kita bisa membatasi sesuai akal/pikiran kita saja. Ada hal- hal yang terkadang kita-lah yang harus rendah hati dituntun pengertian kita oleh Roh Ajaib Allah itu!.

3. Dalam salah satu acara pertemuan pemuda (Retreat), teman pendeta (Alm. Wahyu Widayat), yang berbadan gedhe itu menantang peserta retret untuk maju ke depan di acara ibadat. "Apakah ada yang berani maju untuk menggendong saya ?"…..nah. Karena ditunggu- tunggu, tak ada yang maju ke depan. Dia-pun meminta salah satu pemuda yang justru bertubuh kecil dan pendek untuk maju ke depan. Tapi, justru almarhum itu yang menggendongnya di punggung. Sambil bertanya :" Menurut kalian, yang roh kudus itu yang berbadan besar atau yang kecil ?"…kontan semua menjawab :"Yang Gedhe pak !"….

Demikianlah peran Roh Kudus melebihi hal yang bisa kita pikirkan. Jadi daripada memperdebatkan hal yang sia- sia, demi pembangunan Rohani Gereja, Rasul Paulus di Surat I Korintus 13 justru bukan menekankan pemakaian BAHASA ROH, tapi BAHASA KASIH. Karena Kasih sejati (Agape)- lah buah Roh Kudus yang terbesar diantara karunia yang lain. ( I Korintus 13: 8-9; bandingkan Yohanes 15 : 11- 15).

4. Perayaan Pentakosta di tengah pandemic global Covid-19 ini mengajak kita merenung ulang : "Sudahkah Roh Kudus kehadirannya kita pelihara di dalam Rumah-tangga kita masing- masing ?". Jika kita perhatikan lemparan- lemparan "Joke" (Cerita Guyonan/ gurauan) di grup- grup WA kita, salah satunya menarik disimak. Konon ditengah manusia saling menjaga jarak, dilarang banyak aktivitas ‘di luar" rumah. Maka diinfokan oleh aparat keamanan. Bahwa data peristiwa kecelakaan lalu- lintas di jalan raya : 0 (nol). Pencurian juga :0. Jambret/ copet : 0. Tapi KDRT meningkat, laporan penganiayaan terhadap suami/ istri = 1623 kasus. Juga kekerasan terhadap anak- anak = 509 kasus.

5. Cerita "joke" di atas hanya gurauan, tapi bisa juga (tak selalu) ada benarnya. Karena keluarga- keluarga yang "super sibuk", jarang anggota keluarga bisa berkumpul semua. Terlepas dari aspek / hal yang positif selalu kumpul keluarga, bisa hal negatif muncul. Anak- anak usia sekolah, biasanya BANYAK DITITIPKAN urusan Pendidikan HANYA kepada pihak sekolah (Guru). Di masa kini, para orang tua yang demikian, harus belajar kembali bagaimana mengolah batin untuk sabar mendampingi putra- putrinya (apalagi yg menginjak remaja), bukan hanya soal "knowledge" (Pengetahuan otak) tapi Etiket (kesopan- santunan) juga. Mungkin saja , seseorang sudah lama hanya berpikir bahwa : menjadi oratua itu tugasnya CUMAN mencari nafkah (uang) saja. Nah…ketika justru peran penting ini mulai kehilangan "ruh" nya, maka keluarga ini bisa terjadi KDRT (Kekerasan Dalam Rumah Tangga). Bagaimana dengan keluarga Kristen kita ?…..Bukankah Roh Kudus juga mengajari kita agar kita juga "menyalibkan diri" dari KEDAGINGAN (sifat buruk / jahat dosa) kita, untuk hidup di dalam Roh Kudus ??? (Galatia 6: 14; ayat. 24- 26). Demikian juga dalam urusan perut (ekonomi). Karena kita tiba di sikon baru menuju "New Normal" nanti. Bisa saja Pabrik, Universitas, usaha dagang lainnya bisa tutup, dan kita bisa di -PHK. Hal yang bisa menimbulkan "Stress" (tekanan batin). Akibatnya "orang- orang yang kita kasihi" justru, menjadi sasaran kefrustrasian kita. Kita lupa bahwa bukan hanya KITA MEMILIKI TUHAN yang Berkuasa. Tapi IA TELAH MEMILIKI HIDUP KITA. Kita perlu belajar kepada kisah warga NTT yang mungkin "melarat", tapi menolak BLT pemerintah setempat. Dengan alasan "SAYA MASIH MEMILIKI SEPULUH JARI buat bekerja" !. Kisah ini bisa kita ambil hikmah POSITIFNYA SAJA, tanpa harus memperdebatkan "hal yang lain", sebab kita memang belum tahu persoalan sebenarnya yang terjadi di saudara kita disana (NTT). Jikalau itu dilandasi ketulusan iman, biasanya orang demikian apa saja saja yang diupayakan (kerjakan) PASTI MEMBAWA HASIL. Asal Ia juga hidup benar, dan menghormati pemerintahnya (Roma 13: 4; Mazmur 1: 1-3).

6. Banyak makna di hari Pentakosta sekarang yang kita ambil, termasuk diantaranya hal kehidupan Suami- Istri yang harus saling menghormati (Menyalibkan diri). Sebagaimana nasihat Rasul Paulus dalam Kitab Efesus 5: 21. Hal saling "menundukkan diri" ( (Bhs. Yunani = Hupotaso). Bukan Suami "menjajah" istri atau, Istri "menjajah suami". Tapi seseorang lebih MENDAHULUI MEMBERI HORMAT pasangannya. Nah..di dalam relasionalnya pasti dibutuhkan unsur "menyalibkan diri" bukan?. Agar dalam menghadapi persoalan apapun dalam Rumah-tangga mengedepankan Roh- Kudus.. Karena itu selamat "mengasah batin"; mengolah perasaan, mendahulukan saling memaafkan. Bukan saling menonjolkan ke-akuannya. Tapi Ke "Akuan"Tuhan Yesus saja, sekalipun tidak mudah. Butuh latihan, seperti olahragawan sejati!. Buahnya : Saling mengasihi,gembira, ketenangan hati, sabar dan berbudi baik, setia….(Galatia 5:22). Pasti kita ini dilayakkan Tuhan untuk Menjadi SAKSI dan Pelayan Kristus di bumi hingga di sorga kelak, asal kita berani untuk ber-iman (Setia).

Masa Pentakosta, Akhir Mei 2020.
KPTJ. GKJW LAWANG; Pdt. Sistrianto

Title: Berani Percaya serta Siap Dipakai Tuhan
Permalink: https://gkjw.org/270-berani-percaya-serta-siap-dipakai-tuhan/
Category: Renungan