gkjw.org -Lumbung Desa – Catatan ekonomi gerakan warga (Bagian 2)
2 – Pancasila: Dari Puncak Kejayaan Majapahit Hingga Pidato Bung Karno 1 Juni 1945 2 – Pancasila: Dari Puncak Kejayaan Majapahit Hingga Pidato Bung Karno 1 Juni 1945
3 – Bukan Hantu Dalam Komedi 3 – Bukan Hantu Dalam Komedi
Setelah usulan De Wolff, Bank Pertolongan Tabungan Pertanian diubah menjadi koperasi ditolak pemerintah. Pemerintah Hindia Belanda justru mendirikan lumbung-lumbung desa baru untuk usulnya. De Wolff tetap menata lumbung desa nantinya menjadi koperasi, seperti cita-citanya.
Didukung pemerintah, De Wolff langsung mendirikan 250 lumbung desa baru di wilayahnya (Banyumas dan Purwokerto). Dengan mengadopsi unsur adat dan agama (zakat) ia memulai proyek percontohan ini.
Setiap lumbung desa ini dibawah pengawasan komite. Komite terdiri dari, kepala desa, juru tulis, pemuka agama (Islam) dan dua orang kaya di desa itu.
Dalam perjalanannya, jabatan juru tulis menjadi sangat sibuk karena dirangkap oleh carik desa, maka diganti dengan seorang "kometir lumbung". Modal awal lumbung ini merujuk model zakat. Tiap-tiap anggota menyetornya ke lumbung desa. Biasanya lumbung desa ini menyimpan padi pada musim panen dan memberikan pertolongan pinjaman padi pada musim paceklik. Setelah modal awal lumbung cukup dan sudah membuahkan hasil, maka ada IN-NATURA (simpan padi, pinjam uang).
Berbeda sedikit dengan di Cirebon. Residen J. W. Mesman, tahun 1901 mendirikan lumbung desa dengan modal awalnya dari iuran anggotanya. Besarnya iuran disesuaikan dengan luas tanahnya. Sistem panen-setor –tetap sama dan digunakan–, biasanya 3 bulan sebelum panen mulai banyak yang meminjam. Bedanya bibit padi juga wajib di setor di lumbung desa.
Tahun 1930 lumbung-lumbung dengan jenis lebih spesifik mulai marak muncul, antara lain: lumbung bibit, lumbung kredit, lumbung ijon dan lumbung pajak. Sayangnya setelah itu, perjalanan lumbung-lumbung itu meredup bahkan ada yang mati, dengan berbagai macam permasalahannya. Masalah yang paling utama adalah kecurangan para pengurusnya.
Suatu hal yang kadang lumrah jika berurusan dengan uang. Apalagi dalam komunitas Warga sederhana. Paling tidak PENGAWASAN dan KEPERCAYAAN BERSAMA SESAMA WARGA menjadi penting.
Oleh:
Hadiyanto, bit.ly
Bagian 1: Koperasi
Bagian 2: Lumbung Desa
Bagian 3: Lumbung Miskin
Bagian 4: Lumbung Pirukunan
Bagian 5: Unduh-unduh