gkjw.org -(Bale) Wiyata – Menuju Bujono Suci Pembangunan – Bagian 3
2 – Lukisan Tangan Berdoa 2 – Lukisan Tangan Berdoa
3 – (Katanya) Kiamat - H+10 PSBB.sby 3 – (Katanya) Kiamat - H+10 PSBB.sby
Hari itu 8 Maret 1942, tentara Jepang masuk Malang. Kota yang dirancang Belanda sebagai benteng kuat seperti Cimahi itu, akhirnya bobol juga. Tentara Belanda mundur ke Dampit. Sore harinya tentara Jepang parade di Ijen Boulevard melewati Kayutangan.
Kedatangan Jepang ini disambut beragam rakyat Malang. Ada yang menganggap "saudara tua", yang membebaskan dari kolonial (Belanda). Ada merujuk ramalan Joyoboyo. Bahwa akan ada manusia "kate" atau kerdil yang memberi kebebasan. Dan ada pula yang curiga ketakutan. Seperti gadis gadis Tionghoa. Mereka berdandan berpakaian "pating srewidil" compang camping untuk kamuflase.
9 Maret 1942 jam 03.00 dini hari. Residen Malang G. SCHWENKCKE menyebarkan selebaran.
"Pendudukan pasukan Dai Nippon akan datang dalam beberapa jam untuk menenangkan kota supaya tidak ada pertempuran. Maka saya akan meminta komandan Dai Nippon untuk melakukan tugas tugas politik ".
Memang untuk sementara waktu pelayanan pemerintahan seperti sedia kala.
Baru 22 April 1942 Jepang mengumpulkan pegawai pegawai Belanda dan Indo. Mereka dibawa ke kamp interniran. Entah dimana. Konon banyak tempat di Malang. Yang jelas Penjara Lowokwaru. Karena mendadak penuh. Sampai kawasan Jalan Ijen ditengarai, karena saat itu ditutup tentara Jepang. Semua yang berbau Belanda di tutup. Paling tidak tempat untuk kepentingan tentara Jepang. Seperti Gereja GPIB Immanuel dijadikan gudang beras. Orang yang dicurigai antek Belanda langsung di internir.
Pun demikian dengan Bale Wiyata terpaksa tutup. Arti kata BALE : " papan, omah" , bangunan untuk… Sangat mengenaskan. Tidak berbentuk Bale. Semua barang diambil orang. Meja, kursi, buku perpustakaan dan gamelan. Bahkan daun pintu dan jendela pun di jebol dicuri. Yang tersisa hanya dua buah lemari dan satu meja besar. Atas inisiatif warga jemaat, ada yang tinggal di rumah komplek Bale Wiyata untuk keamanan.
Para pengajar terlebih berkebangsaan Belanda ditawan tentara Jepang. Termasuk B. M SCHUURMAN sang pendiri. Bale yang ia dirikan telah dihancurkan. Demikian juga tubuhnya. Dalam kesaksian DRIYO MESTOKO ketika bertemu satu tahanan, Schuurman merasakan sakit badaniah yang sungguh luar biasa. Tetapi ia tetap setia dalam penderitaan. Seperti sudah menemukan jalannya.
Dan Schuurman sudah pambiyake kekeraning ngaurip. Merasakan "dalan tratasan" Dan kamp tawanan Malang tempat akhirnya menuju Allah nya. Dalam damai di pelukan Bapanya
Oleh: Hadiyanto
embeumkm.com