gkjw.org -Pohon Ketangi – Menuju Bujono Suci Pembangunan – Bagian 6
2 – Yesus, Logos dan Tao: Belajar dan Berbagi dari Seorang Guru Taoisme (2) 2 – Yesus, Logos dan Tao: Belajar dan Berbagi dari Seorang Guru Taoisme (2)
3 – Propaganda Sehat 3 – Propaganda Sehat
Kempetai Jepang semakin menggila. Bersama antek anteknya, bak antikris. Tlatah Kristen Jawi Wetan, rata disambangi. Penjara, kamp kamp interniran semua penuh sesak. Penjara di daerah sekelas Kediri saja penuh. Sebagian besar JEMAAT TUMPUK dan seputaran Tulungagung, tawanannya. Tertulis 22 jemaat gugur di dalamnya. Mr. LUKE, NATHAN, MARSABAT, salah satunya.
Yang parah di Karesidenan BESUKI. Jemaat Pasamuwan dan Tionghoa korbannya.
REJOAGUNG, desa babat alas model Coolen contoh nyatanya.
Desa yang bertumbuh pesat. Baik secara fisik maupun Pasumuwannya. 1934 pemuda disana sudah mendirikan Persatuan Muda Kristen Djawi (MKD).
1943 masa penderitaan itu dimulai. Banyak warga jemaat termasuk Pdt. RENGGO di tawan Kempetai. Gedung gereja ditutup. Buku buku arsip disita. Penganiayaan penyiksaan sampai meninggal terjadi.
WINCONO, SOEWITOADJI, TIK PURWO, RESTOPO, MALIK, JIDIN, salah satunya korbannya.
Antara 1943 – 1944 Desa Rejoagung, tidak rejo dan agung lagi. Sepi seperti desa mati. Sekolah ditutup. Di sebelah kanan gereja di bangun mushola. Entah maksudnya apa. Mungkin mengajak warga sholat. Banyak warga mengungsi keluar desa. Bagi warga yang menikah, baptis maupun sidhi, di-"titip"-kan jemaat sekitar. Seperti SIDOREJO, SIDORENO dan TUNJUNGREJO.
Setelah Jepang kalah perang. Agustus 1945 kemerdekaan Indonesia. Wargo marenco Rejoagung, berangsur angsur kembali. Seraya meratap keadaan desa, mereka tetap mulai membangunnya kembali.
Hari itu, Minggu pagi Oktober 1945. Langit di atas Rejoagung cerah, tetapi di dalam gedung gereja tidak. Kebaktian perdana setelah masa kelam di mulai. Dipimpin Ds. MARDJO SIR. Didampingi 9 majelis yang tersisa. Karena 3 majelis telah gugur dalam iman.
Ibadah yang menyesakkan jiwa dan raga. Secara manusia, mereka menumpahkan seluruh tangisannya. Terbayang sahabat, anak, bapaknya dan semua kenangannya yang telah hilang…
Setelah kebaktian, pamulang RIBOWO menanam pohon KETANGI di sebelah kanan gedung gereja. Dengan harapan generasi penerus mengingat tragedi ini. Bukan meratapi tetapi harus tetap bangun.
Ketangi, dalam bahasa Jawa TANGI = BANGUN. Buahnya bernama JENGGELEK = BANGKIT BERDIRI. Bunganya berwarna ungu, WUNGGU = BANGUN.
Makna semuanya yang diharapkan : Agar semua warga jemaat mau bangun kembali menjadi saksi Kristus. Karena Dialah yang telah menyelamatkan kita.
Salam Ketangi …
Oleh: Hadiyanto
embeumkm.com